Senin, 21 April 2008


Mahasiswa Belajar Menyusun Kamus

Bahasa asli Surabaya yang kerap disebut sebagai bahasa Suroboyoan pada saat ini mulai termarginalkan. Bahasa Suroboyoan tergerus oleh globalisasi dan banyak terpengaruh oleh munculnya bahasa gaul. Bahasa gaul tidak hanya muncul di Jakarta yang ditandai dengan penyusunan bahasa gaul khas Jakarta namun bahasa gaul saat ini juga mulai muncul di Surabaya. Meskipun hanya terbatas pada lingkup komunitas saja, bahasa gaul di Surabaya memunyai dampak yang signifikan terhadap bahasa Suroboyoan. Munculnya gagasan dari dinas pendidikan untuk menyelenggarakan hari berbahasa Jawa untuk pelajar mulai memberikan angin segar bagi kelestarian bahasa Suroboyoan. Namun, perbedaan yang mencolok antara antara bahasa Jawa asli dengan bahasa Suroboyoan kembali menimbulkan hambatan untuk menyelenggarakan gagasan itu. Bahasa Suroboyoan tidak sama dengan bahasa Jawa asli yang memunyai strata dalam penggunaan bahasa. Ketika bahasa Suroboyoan digunakan di sebuah sekolah, bisa dibayangkan bagaimana bahasa seorang murid kepada gurunya ketika menuturkan bahasa Suroboyoan yang tidak memunyai strata penggunaan bahasa.
Dengan melihat kenyataan tersebut, mahasiswa sastra Indonesia angkatan 2004 Universitas Negeri Surabaya menyusun sebuah kamus bahasa Suroboyoan. Kamus tersebut terinspirasi dari salah satu siaran berita yang disiarkan oleh stasiun televisi lokal di Surabaya. Kamus yang terdiri atas 562 entri dan 8 gabungan kata tersebut disusun oleh Angga Priandi, Taufiqur Rohman, Umar Faruq, Guntur Sekti W., Ika Febriani. Dan Eko Prasetyo. Menurut mereka, kamus Suroboyoan yang dimaknai dengan bahasa Indonesia tersebut disusun sebagai usaha untuk ikut menjaga dan melestarikan bahasa Suroboyoan yang sekarang mulai ditingalkan penuturnya.
Menurut Ika, salah satu tim penyusun kamus, data dalam kamus didapatkan dari hasil rekaman sebuah siaran dari stasiun televisi lokal Surabaya. Selain dari hasil rekaman, data kamus didapatkan dari hasil wawancara dengan penutur asli bahasa Suroboyoan. Dengan adanya wawancara dengan penutur asli, diharapkan kata-kata yang dicantumkan dalam kamus dimaknai sesuai dengan makna dan situasi pemakaian kata tersebut.
Selain entri yang berjumlah 562, kamus tersebut juga dilengkapi dengan transkripsi fonetis yang memudahkan pembaca nonpenutur Surabaya dapat mengucapkan kata bahasa Suroboyoan secara benar. Ditambah lagi, kamus dilengkapi dengan makna berbahasa Indonesia, penggunaan kata dalam kalimat, dan petunjuk kelas kata. Dengan demikian, diharapkan pembaca baik itu penutur asli bahasa Suroboyoan atau bukan, dapat dengan mudah mengetahui makna dari kata bahasa Suroboyoan tersebut.

0 kritikan: